Meski saat ini sudah banyak produk mobil yang irit dalam pemakaian bahan bakar, namun tetap saja si pemilik terkadang ingin bisa mengeluarkan uang lebih sedikit lagi untuk membeli BBM.
Beragam alat penghemat bahan bakar tersedia di pasaran. Ada yang menggunakan magnet, yang dipasang di saluran bahan bakar, ada pula yang menggunakan cairan, yang dicampurkan dengan bahan bakar di dalam tangki.
Keduanya mempunyai tujuan yang sama, memaksimalkan proses pembakaran di mesin, sehingga daya mesin lebih optimal. Dengan penggunaan bahan bakar yang sama, kendaraan dapat menempuh jarak lebih jauh.
Dilansir dari Astraworld, alat penghemat bahan bakar yang menggunakan magnet umumnya dipasang pada saluran bahan bakar. Pemasangannya sendiri ada dua
cara. Pertama, alat dipasang di sisi luar pipa saluran bahan bakar.
Cara kedua pemasangan dengan memutus saluran bahan bakar, lalu mengalihkan bahan bakar agar masuk dan melewati alat penghemat bahan bakar. Cara pertama relatif lebih aman, karena tidak mengubah pipa atau selang bahan bakar standar pabrik.
Sedangkan, cara kedua lebih berisiko, karena saat memutus dan menyambungkan saluran bahan bakar, tentunya tidak bisa dibongkar-pasang begitu saja, dan memerlukan selang tambahan untuk menyambung ke alat penghematnya.
Saat menyambung saluran bahan bakar, perlu memperhatikan kualitas selang dan cara pemasangannya, karena berisiko terjadi kebocoran bahan bakar.
Penggunaan penghemat bahan bakar berbentuk cairan dilakukan dengan mencampurkan bersama bahan bakar di dalam tangki. Cairan aditif ini umumnya mengandung bahan kimia yang menghasilkan unsur logam, sehingga kurang baik untuk saluran bahan bakar dan ruang bakar.
Risiko yang mungkin terjadi, jika terdapat unsur logam di mesin, adalah tersumbatnya lubang injektor dan munculnya kerak di ruang bakar. Oleh karena itu, jika akan menggunakan cairan aditif bahan bakar, sebaiknya pilih yang tidak mengandung atau menghasilkan senyawa logam.